Apa yang ada di pikiranmu saat mendengar frase "strong woman"? Apakah mengingatkanmu pada wanita dengan fisik besar? Atau wanita yang bisa melakukan apapun, termasuk pekerjaan yang dikategorikan sebagai pekerjaan pria? Kali ini, mari kita melihat definisi strong woman dari perspektif Firman Tuhan, seperti yang ditulis dalam Amsal 31:17.

Amsal 31:10-31 membahas tentang "istri yang cakap", yaitu apa dan bagaimana tindakan yang harus dilakukan oleh wanita Allah untuk menjadi penolong dan pendamping seorang pria. Setiap ayat dalam Amsal 31:10-31 ini memiliki fokus yang berbeda, kekuatan wanita menjadi fokus pada ayat 17,

"Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya."

Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari dari ayat ini mengatakan,

“Ia menyiapkan dirinya untuk bekerja sekuat tenaga.”

"Mengikat pinggang" berbicara tentang kesiapan seseorang untuk melakukan sesuatu. Seorang wanita Allah, baik yang belum menikah atau yang sudah menikah, diminta mempersiapkan dirinya untuk bekerja sekuat tenaga. Bekerja yang kita bicarakan ini bukan cuma bekerja untuk mendapatkan upah/nafkah tetapi juga bekerja wholeheartedly melayani keluarga.

Saat ini, untuk bisa bekerja, baik memulai bisnis sendiri ataupun bekerja kepada orang lain, umumnya kita menghabiskan waktu sekitar 18 tahun menempuh pendidikan, mulai TK hingga lulus sarjana (S1). Belum lagi jika kita ingin melanjutkan pendidikan sampai S2 atau mengambil jurusan lain, tentu saja akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Masa kita menempuh pendidikan sampai kita memasuki dunia kerja bisa kita sebut dengan masa “persiapan”. Masa “persiapan” ini tidaklah mudah, kita semua merasakannya, bukan? Ada kesulitan dan ujian yang belum pernah kita hadapi, namun harus kita lalui. Tantangan-tantangan itu, mencakup fisik dan mental. Ada kalanya kita harus tetap sekolah atau menghadiri ujian saat kita sakit parah, ada saatnya kita harus berkompromi dalam tugas-tugas kelompok yang diberikan. You name it, pasti banyak hal, formal maupun non-formal, yang menjadi pelajaran bagi kita. Masa “persiapan” ini adalah masa yang membentuk kita menjadi pribadi yang siap bekerja. Jika kita bisa melalui masa “persiapan” ini dengan baik serta mengambil pelajaran-pelajaran berharga dari setiap tantangan, tentu kita akan menjadi pribadi yang siap saat memasuki jenjang kehidupan berikutnya.

Untuk melalui masa “persiapan” ini, ada beberapa karakter yang penting untuk menjalankan “pekerjaan” yang Tuhan percayakan untuk kita nanti, terutama untuk mendukung peran kita sebagai sebagai seorang istri:

Ketekunan atau perseverance merupakan kemampuan untuk tetap melakukan bagiannya dengan baik, sekalipun ada rintangan dan kesulitan yang harus dihadapi untuk mencapai tujuan. Karakter ini penting untuk memastikan kita tidak lekas menyerah. Misalnya, mereka yang ingin mengembangkan bisnis dari bawah membutuhkan ketekunan untuk tetap melakukan yang terbaik sekalipun tampaknya semua jalan tertutup. Mereka yang bekerja sebagai karyawan di suatu perusahaan juga memerlukan ketekunan dalam mempelajari sistem perusahaan atau metode pekerjaan agar menguasai pekerjaan tersebut. The first is always the hardest, tapi tetaplah tekun sampai bisa mencapai tujuan.

Sebagai contoh, kita bisa meneladani Yusuf yang tekun bekerja di rumah Potifar hingga akhirnya Yusuf mendapat kepercayaan dari tuannya.

Ketekunan kita sebagai seorang istri nanti sangat penting. Kita perlu ketekunan menghadapi urusan rumah tangga yang tidak ada habisnya, seperti anak-anak yang rewel, suami yang tidak peka, atau tamu yang sering datang.

// DON'T GIVE UP EASILY

Jika kita mudah menyerah dalam segala hal, bisa-bisa kita tidak bisa melewati masa “persiapan” kita. Bayangkan, hanya karena ujian susah lalu, kita mau berhenti sekolah. Atau, jika nilai ujian kita jelek, lalu kita menyerah untuk belajar. Kegagalan atau kejatuhan bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan, Alkitab berkata di Amsal 24:16a,

“Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali...”

Jika kita menyerah, percayalah, kita masih akan mengalami ujian yang sama sampai kita “lulus” dalam pembentukan karakter yang Tuhan mau. Allah tidak menginginkan anak-anak-Nya mudah menyerah dalam hidup ini. Bayangkan, jika Musa menyerah bicara dengan Firaun apakah bangsa Israel bisa keluar dari Mesir? Atau, bayangkan juga jika bangsa Israel dan Yosua menyerah mengelilingi tembok Yerikho karena jarak yang jauh dan udara yang panas, bisa-bisa tembok Yerikho tidak runtuh.

Dalam masa “persiapan” ini, kita juga diharapkan untuk menjadi pribadi yang setia. Setia terhadap apa? Terhadap apapun yang Tuhan percayakan kepada kita untuk kita kerjakan saat ini. Apapun yang sedang dipercayakan kepada kita, sekecil apapun itu, kita perlu kesetiaan dalam mengerjakannya. Apa yang diharapkan? Harapannya adalah kita jadi tidak “asal-asalan” jika nanti Tuhan mempercayakan hal-hal besar untuk kita kerjakan. Misalnya, jika kamu seorang pelajar, setialah dalam tugas-tugasmu, dalam imanmu ketika sedang menghadapi ujian, setialah menjadi teladan bagi teman-temanmu. Jika kamu seorang karyawan, setialah dalam kejujuranmu, dalam pekerjaan-pekerjaan yang dipercayakan kepadamu, sekalipun mungkin kamu memiliki kesempatan untuk meninggalkan kesetiaanmu. Jika nanti kamu menjadi seorang istri, kamu akan setia dalam peranmu, tanggung jawabmu, tingkah lakumu sebagai seorang istri yang takut akan Allah.

Dalam terjemahan bahasa Inggris versi NIV, dikatakan “She sets about her work vigorously; her arms are strong for her tasks.” Sang wanita Allah selalu memulai pekerjaannya dengan semangat. Teman-teman sekalian, berapa banyak di antara kita yang terkadang memulai pagi atau aktivitas kita dengan keluhan? Dengan rasa malas? Berapa banyak di antara kita yang setiap minggu malam berpikir “Yaahh, besok udah Senin lagi”? Well, I did that too sometimes... Hehehe... Tanpa semangat, semua pekerjaan yang kita lakukan terasa berat dan tidak menyenangkan. Bahkan Alkitab berkata di Amsal 17: 22,

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Tuhan mau kita mengerjakan segala sesuatu dengan hati yang gembira dan penuh semangat, dengan begitu semua pekerjaan yang dipercayakan pada kita saat ini akan terasa menyenangkan. Kita perlu belajar untuk menikmati proses yang Tuhan sediakan untuk kita lalui saat ini. Sebaliknya, tanpa semangat (semangat yang patah) membuat kita mudah mengeluh, bersungut-sungut, mudah menyerah, yang bahkan akan berdampak bukan hanya ke kesehatan rohani tetapi juga jasmani kita.

Contohnya, tanpa semangat, seorang istri tidak akan mau melakukan pekerjaannya. Bayangkan jika ibu kita “mogok” mengerjakan tugasnya memelihara rumah tangga. Rumah pasti berantakan, tidak ada makanan untuk kita makan, tidak ada pakaian bearish, menyeramkan bukan?! Lalu bagaimana kita bisa memunculkan semangat itu? Bagaimana kita bisa memulai pekerjaan kita, baik sebagai pelajar/karyawan/istri/ibu rumah tangga, dengan semangat? Ingatlah mengapa kita memulainya, dan pegang harapan-harapan yang mau kita capai. Jika kita seorang karyawan, mungkin ada promosi jabatan yang kita harapkan. Jika kita seorang ibu, ada anak-anak yang membutuhkan kita, yang perlu kita didik sampai mereka berhasil. Percayalah, jika Tuhan mempercayakan sesuatu kepada kita artinya Dia percaya kita mampu melakukannya. Dia tidak pernah membiarkan kita melakukan sesuatu tanpa membekali kita dengan apa yang kita perlukan.

Strong woman tidak bicara tentang kekuatan fisik saja. Memang kita butuh kekuatan fisik untuk bisa melakukan banyak hal, tetapi wanita yang kuat juga adalah wanita yang mampu mengendalikan pikiran dan emosinya. Dia harus kuat saat keadaan seolah-olah membuatnya harus menyerah dan meninggalkan kesetiaannya. Dia harus kuat untuk menentukan pilihan-pilihan yang sulit dalam hidupnya. Dia harus kuat menjalani apa yang Tuhan letakkan untuk menjadi kerinduan di hatinya. Di atas semuanya, dia harus kuat dalam imannya, sebab nantinya sebagai seorang istri, wanita adalah tiang doa bagi keluarganya. Hai, para putri kerajaan Allah, jadilah kuat, kuat dalam kasihmu, kuat dalam imanmu, dan kuat dalam teladanmu.

Bagi para lajang, kuat dan setialah dalam masa “persiapan”mu. Tetaplah semangat dalam melakukan hal yang Tuhan percayakan untukmu saat ini. Kuatlah dalam proses-proses hidupmu dan belajarlah menikmati semua prosesnya, karena dalam prosesmu Tuhan sedang membentuk dan mempersiapkanmu menjadi seorang wanita Allah dengan karakter yang berkenan di hadapan-Nya. Proses itu akan membuatmu siap jika pada saat-Nya nanti kamu menjadi seorang penolong dan pendamping suamimu.

Bagi yang sudah menjadi seorang istri, tetap lakukan bagianmu dengan taat dan setia, kuatlah dalam menjalankan peranmu sebagai seorang pendamping dan penolong bagi suamimu, kuat dan setialah dalam mendidik anak-anakmu. Keep your fighting spirit!!